Sunday, December 03, 2006

VCD Bajakan Memang Murah

Pertanyaan:
Terus terang, saya tertarik pada VCD bajakan karena murah. Sehingga saya langsung membeli player yang dapat memutar laser disk (LD), compact disk (CD), dan video CD (VCD). Tapi, saya menjadi kecewa karena beberapa VCD tertentu kalau dicermati menghasilkan gambar dengan gerakan yang patah-patah. Mengapa bisa demikian.
Sunardi, Malang

Jawab:
Yang jelas, VCD bajakan yang menghasilkan gambar dengan yang patah-patah itu kualitasnya tidak baik. Kualitas VCD itu memang tidak sama, tergantung dari proses penggandaan yang digunakan oleh production house-nya. Proses penggandaan yang paling sederhana teknologinya bila menggunakan pita kaset video. Karena, ada alat pemutar untuk pita kaset video yang selain sebagai player juga berfungsi sebagai recorder (perekam) yang dapat gunakan sebagai pengganda, dan dinamakan video cassette recorder (VCR). Oleh karena itu pembajakan film-film cerita yang laku ke dalam bentuk pita kaset video banyak dilakukan dengan menggunakan VCR. Untuk yang ini, cukup dengan jalan merekam langsung film yang sedang diputar di gedung bioskop melalui kamera camcoder atau handycam pada pita mini berukuran 8 milimeter. Jelas hal ini harus berkolusi dengan petugas operator proyektor film, kalau tidak dengan pemilik atau pengelola gedung bioskop. Kemudian dari pita mini itu ditransfer dan digandakan ke pita kaset video VHS. Kualitas suara maupun gambar tentu tergantung pada kamera dan alat perekam serta pita video yang digunakan. Kalau proses penggandaannya seperti itu, tentu kualitasnya dikatakan seadanya, supaya terjangkau oleh banyak kalangan.

Kemudian, hadir yang dinamakan LD yang dapat menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pita video. Pada saat itu, untuk menggandakan LD memerlukan teknologi yang tidak sederhana. Tidak sembarangan orang dapat melakukan penggandaan. Sehingga, biasanaya, enam bulan kemudian produser-produser film banyak yang tidak berkeberatan untuk meluncurkan versi laser disk untuk film-film yang laku itu. Meskipun versi LD menganut standar televisi NTSC, kalau hanya untuk playback dapat ditonton melalui televisi yang multi sistem. Tapi, harga LD itu mahal, maka bagi pembajak yang jeli kehadiran LD merupakan bisnis yang menjanjikan keuntungan. Dengan menggunakan konverter dari NTSC ke PAL maka LD itu dapat ditransfer dan digandakan dalam bentuk pita video PAL, bukan dalam bentuk LD. Maka kualitasnya juga berkurang.

Sebelum kehadiran VCD, sudah ada lebih dulu yang disebut CD-ROM. Semula CD-ROM dimaksudkan untuk menyimpan data digital dalam sistem mikrokomputer (PC). Kemudian untuk memperbesar kemampuan penyimpanan data dilakukan dengan teknik compression decompression (comdec), yang berfungsi mengkompres (memampatkan) informasi sampai seper 50 ukuran aslinya. Oleh karena itu informasi yang terdapat di dalam suatu LD melalui proses comdec dapat dikompres (dimampatkan) dan ditransfer ke dalam CD-ROM. Dan disusul dengan kehadiran motion picture expert group (MPEG) untuk mengolah data digital dalam CD-ROM dan selanjutnya ditampilkan di monitor PC sebagai gambar bergerak dan bersuara, menjadikan suatu tontonan yang menarik. Dari sinilah lahir gagasan untuk mengembangkan yang dinamakan VCD yang dapat diputar pada player-nya dan ditampilkan di layar televisi.

Selanjutnya diketemukan CD-ROM writer untuk menuliskan data yang akan disimpan pada CD-ROM. Maka menjadi semakin mudahlah mentransfer isi LD ke VCD dengan teknik comdec, yang untuk selanjutnya digandakan dengan menggunakan perangkat seperti CD-ROM writer itu. Biasanya seorang pembajak itu ingin meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dengan jalan mengurangi data informasi digitalnya yang dimasukkan ke dalam VCD. Akibatnya, gambar yang dihasilkan mempunyai gerakan yang terpatah-patah. Mungkin ini lebih baik dari pada memotong alur ceritanya. Karena gerakan yang terpatah-patah kurang mendapat perhatian dari penonton. Biasanya perhatian penonton lebih banyak pada alur ceritanya, kurang pada kualitas gambarnya. Dengan demikian, kadang-kadang sebuah VCD dapat menampung film cerita dengan durasi lebih dari dua jam.

Oleh karena itu, sekarang kebanyakan produser film yang kondang tidak mau memberikan izin transfer filmnya menjadi bentuk VCD. Terlalu mudah penggandaannya.

Jadi, kalau Anda ingin mengkoleksi VCD dengan film cerita yang bermutu biasanya sulit untuk mendapatkannya. Konon katanya, teknisi audio-video di Surabaya ini sudah banyak yang mempunyai keahlian mentransfer dari LD ke VCD. Tapi, ada juga yang bilang bahwa VCD yang beredar di Surabaya sekarang ini tidak ada yang asli. Semuanya barang kopian yang didatangkan dari Singapura, atau dari Hong Kong, bahkan ada yang datang dari RRC.

Sumber: Jawa Pos, Februari 1997

0 Comments:

Post a Comment

<< Home