Wednesday, November 29, 2006

Spesifikasi Power Amplifier untuk Car Audio

Pertanyaan:
Saya kesulitan menyimak istilah-istilah spesifikasi yang tercantum di dalam brosur sebuah power amplier untuk car audio. Tolong dijelaskan mengenai : frequency response, phase response, signal-to-noise ratio, distortion at rated output @ 1000 Hz, output power (resistive), dan output power (reactive load)
Ilham M., Malang

Jawab:
Semakin tinggi frekuensinya, penguatan (gain) sebuah power amplifier cenderung turun. Demikian pula semakin rendah frekuensinya, penguatan itu juga cenderung turun. Biasanya penguatan itu dibandingkan terhadap penguatan pada frekuensi menengah. Karena itu, hasil perbandingannya dinamakan penguatan relatif atau relative gain dan satuannya desibel (dB).

Jadi, pada frekuensi menengah jelas penguatan relatifnya sama dengan satu, atau nol desibel. Sedangkan pada frekuensi tinggi, penguatannya turun sehingga penguatan relatifnya merupakan bilangan pecahan. Sehingga kalau dinyatakan dengan satuan desibel menjadi bilangan negatif. Misalnya minus tiga decibel. Demikian pula pada frekuensi rendah, penguatan relatifnya dalam desibel juga merupakan bilangan negatif.

Bila penguatan relatif itu dibuatkan grafiknya terhadap frekuensi, maka diperoleh kurva untuk penguatan relatif yang dinamakan frequency response (tanggapan frekuensi). Pada bagian frekuensi menengah kurva itu tentu mendatar pada nol desibel. Sedangkan pada ujung frekuensi yang rendah (bass), penguatan relatifnya menurun sampai minus tiga desibel. Frekuensi dimana penguatan relatif itu sama dengan minus tiga desibel dinamakan cut-off frequency yang rendah (fL). Demikian pula pada ujung frekuensi tinggi (treble), frekuensi dimana penguatan relatif itu sama dengan minus tiga desibel dinamakan cut-off frequency yang tinggi (fH). Beda antara cut-off frequency yang tinggi dengan yang rendah (fH - fL) dinamakan bandwith (lebar band). Biasanya diinginkan kurva frequency response yang sedatar mungkin dengan bandwith yang selebar mungkin.

Sinyal audio yang masuk pada terminal input tidak langsung seketika keluar pada terminal outputnya. Karena sinyal audio itu memerlukan waktu untuk merambat dari terminal input sampai keluar di terminal output. Maka dikatakan bahwa sinyal output tidak sefasa dengan sinyal inputnya. Perbedaan fasa antara sinyal input dengan sinyal output dapat dibuatkan grafiknya terhadap frekuensinya, dan kurva yang diperoleh dinamakan phase response. Phase response yang ideal bila untuk semua frekuensi mempunyai beda fasa yang sama.

Sinyal audio yang keluar di terminal output sering disertai dengan sinyal noise, baik noise yang internal maupun yang eksternal. Perbandingan antara sinyal audio yang diinginkan dengan sinyal noise dinamakan signal-to-noise ratio (S/N ratio) dengan satuan desibel. Semakin besar bilangan desibelnya semakin baik.

Biasanya diinginkan agar bentuk gelombang sinyal output lebih besar dan serupa dengan bentuk gelombang sinyal input. Tapi untuk mendapatkan bentuk gelombang serupa itu sulit dicapai, maka dikatakan bahwa bentuk gelombang output mengalami distorsi (cacat). Distorsi ini disebabkan oleh timbulnya frekuensi-frekuensi harmonisa disamping frekuensi dasar yang diinginkan. Biasanya diukur besarnya persentase distorsi itu pada outputnya, dan ditulis dengan THD+N @1000 Hz. Artinya total harmonic distortion yang terjadi pada sinyal output plus noise yang diukur pada frekuensi 1000 Hz. Semakin kecil bilangan persatasenya semakin baik.

Output power (pada resistive load) adalah daya dari amplifier yang diukur pada terminal output yang diberi beban resistif, biasanya dummy load. Sedangkan output power (reactive load) adalah daya amplifier yang diukur pada terminal output yang beri beban speaker. Speaker merupakan beban yang reaktif.

Sumber: Jawa Pos, Oktober 1996

0 Comments:

Post a Comment

<< Home