Saturday, November 25, 2006

Sistem Video 3-Dimensi Tanpa Kacamata

Pertanyaan:
Apakah ada sistem video tiga dimensi yang tanpa menggunakan kacamata khusus.
Winata C., Surabaya


Jawab:
Sistem video-3D tanpa menggunakan kacamata khusus yang ada sekarang dinamakan auto-stereoscopic image, citra oto-stereoskopik. Konsep auto-stereoscopic viewing itu menggunakan layar yang terdiri dari banyak segmen, yang disebut layar lenticular. Citra oto-stereoskopik sudah banyak diterapkan untuk fotografi-3D.

Selain itu ada juga yang dinamakan peragaan citra-3D untuk layar televisi biasa. Teknik ini menampilkan pasangan citra secara bergantian yang dinamakan parallax scanning. Meskipun kedua mata kita melihat citra-citra itu persis serupa, tapi otak menafsirkan informasi parallax tsb sebagai suatu isyarat-isyarat kedalaman (depth cues). Sehingga hal ini dapat menambahkan sedikit gerakan artifisial terhadap suatu pemandangan,dan otak dapat untuk mengabaikan gerakan artifisial itu.

Misalnya, citra yang sebenarnya selalu difokuskan pada retina mata setiap saat. Bila ada gerakan mata yang normal disertai dengan gerakan kepala dan badan maka dapat menimbulkan kesan perubahan citra yang radikal. Tapi, bila begitu Anda berjalan, pohon-pohon di sepanjang jalan nampak tetap stasioner. Inilah yang menunjukkan bahwa otak itu sebagai penstabil citra jauh lebih superior dibandingkan camcoder yang paling baik. Seorang juru kamera yang memanggul sebuah camcoder sambil berjalan cepat, maka gambar yang diperoleh akan berupa citra yang bergoyang-goyang.

Teknik parallax scanning itu telah dianut oleh Vision III Imaging, Inc. untuk mengembangkan sistem Vision III dengan memakai kamera tunggal. Dalam sistem itu, ada elemen optikal yang bergerak di dalam lensa kamera menghasilkan bermacam-macam sudut pandang dari suatu pemandangan. Dengan melakukan scanning dalam siklus 4 hertz terhadap pemandanga itu maka sistem tsb dapat menghasilkan kesan dimensi yang kuat, baik ketajaman, maupun realisme secara keseluruhan. Meskipun tentu saja tidak sedramatis film-3D yang ditonton melalui suatu kacamata terpolarisasi, tapi sudah ada perbaikan dalam hal kesan kedalamannya dibandingan dengan film atau televisi biasa.

Sistem Vision III itu sebenarnya meniru yang disebut depth-mapping psycho-physical mechanism, suatu mekanisme psycho-physical untuk pemetaan kedalaman yang terdapat dalam sistem visual manusia. Karena itu, Vision III serupa dengan isyarat-isyarat kedalaman monokular yang lain, misalnya mengenai ukuran relatif, depth-of-field, perspektif linier, interposisi, serta cahaya dan bayangan. Pembentukan citra pada sistem Vision III dapat menghasilkan kesan tiga dimensinya semakin kuat bila dilihat dengan hanya satu mata terbuka.

Vision III itu masih mempunyai kelemahan, yaitu memberikan kesan visual yang tidak sama kepada semua orang. Oleh karena itu, ada sebagian orang dapat sepenuhnya merasakan dampak citra yang dihasilkan Vision III itu. Orang-orang itu dapat menikmati adanya kesan kedalaman, sedangkan sebagian yang lain sama sekali tidak dapat melihat perbedaannya dengan citra dua dimensi biasa. Bahkan ada juga yang mengatakan citra Vision III lebih tajam. Tapi apa pun kesannya, pada sistem Vision III ini sudah ada perbaikan sebagai suatu keunggulannya, yaitu kompatibel dengan semua peralatan film dan televisi yang ada sekarang, dan tidak memerlukan layar atau kacamata khusus untuk menontonnya.

Teknik terbaru menuju televisi-3D sedang dikembangkan oleh suatu perusahaan Los Angeles, INFINITY Multimedia di Sherman Oak, California. Yang menonjol dari sistem ini sama sekali tidak memerlukan kacamata merah-biru yang terpolarisasi atau LCD shutter-glasses untuk menyaksikan citra-citra tiga-dimensi yang diproyeksikan. INFINITY telah merealisasikan "proof-of-concept" dari monitor televisi berdasarkan perancangan yang sudah dipatenkan pada tahun 1993 oleh Dr. Adrian Travis, dari Cambridge University, Inggris.


Sumber: Jawa Pos, September 1996

0 Comments:

Post a Comment

<< Home