Tuesday, November 28, 2006

Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pertanyaan:

Saya ingin membuat suatu pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di desa saya, di salah satu pulau di sebelah timur Madura. Komponen apa saja yang diperlukan untuk membangun sebuah PLTS itu.
Moh. Saleh, Surabaya

Jawab:
PLTS memang tepat sekali untuk daerah-daerah terpencil, yang diperkirakan dalam jangka waktu lima sampai sepuluh tahun belum terjangkau oleh listrik PLN. Tapi, sebelum membangun PLTS sebaiknya dilakukan suatu penelitian di daerah itu mengenai tersedianya sinar matahari. Bila adanya sinar matahari rata-rata 6 sampai 7 jam dalam sehari, maka daerah itu dapat dianggap layak untuk membangun PLTS.

Kalau Anda berminat membangun secara swadana, maka semua kompnen teknologi konversi energi surya itu sekarang sudah mudah diperoleh di Surabaya. Komponen pertama yang penting adalah panel sel surya (solar cell) yang sering disebut modul surya. Modul surya ini berfungsi untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik. Dan listrik yang dihasilkan merupakan listrik searah. Bila hanya dipergunakan untuk keperluan rumah tangga di pedesaan, cukup menggunakan modul surya dengan daya nominal 50 watt peak. Artinya pada kondisi matahari yang cerah dapat menghasilkan daya maksimum 50 watt.

Maka komponen kedua adalah aki untuk menyimpan listrik searah itu. Biasanya digunakan aki 12 volt dengan kapasitas 70 ampre-hour. Artinya bila pemakaian arus listriknya sebesar 1 ampere, maka isi aki itu akan habis dalam waktu 70 jam. Pilih aki yang maintenance free.

Untuk mengatur pemakaian dan pengisian aki itu diperlukan komponen ketiga, yaitu suatu alat pengatur elektronik yang sering disebut kontroler. Kontroler ini, dengan kapasitas 12 volt/6 ampere, merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi mengatur secara otomatis kapan aki itu mulai diisi dan kapan harus berhenti mengisi aki. Sehingga, rangkaian PLTS ini dimulai dari modul surya yang dihubungkan masuk ke kontroler dan kemudian kontroler itu dihubungkan dengan aki.

Selanjutnya kontroler ini juga disambung dengan instalasi listrik di rumah, sebagai bebannya. Biasanya listrik surya ini utamanya digunakan untuk penerangan di ruang keluarga, dapur, dan teras. Masing-masing ruang itu diberi lampu TL 6 watt. Bila ada dapat pula untuk mencatu radio-tape sekitar 6 watt, dan televisi 14 inci hitam-putih sekitar 12 watt.

Pada siang hari, ibu rumah tangga dapat memanfaatkanya untuk memasak. Karena pada siang hari, apalagi matahari sedang cerah, tentunya tidak memerlukan penerangan. Dan bila isi aki berkurang, maka kontroler akan mengatur secara otomatis sehingga modul surya mengisi aki sampai menjadi penuh. Jika isi aki itu sudah penuh, maka kontroler akan memutus hubungan aki dengan modul surya. Diharapkan pada sore hari menjelang petang hari, aki tetap dalam keadaan penuh.

Pada malam hari, penggunaan listrik sepenuhnya tergantung pada aki tanpa mendapat catu pengisian ulang dari modul surya. Sehingga penggunaan pada malam hari harus sehemat mungkin. Diutamakan untuk penerangan. Bila misalnya, pada malam hari menggunakan 3 lampu TL, kemudian menghidupkan televisi dan radio misalnya, maka beban itu menarik arus aki sebesar 3 ampere. Bila penggunaan itu berlangsung selama 6 jam, maka isi aki tinggal hampir 75 persen. Masih cukup untuk memikul beban penerangan saja pada pagi hari berikutnya.

Pengadaan PLTS ini biasanya terbentur pada kendala investasi awal yang relatif tinggi. Yaitu harga modul suryanya masih mahal. Sedangkan biaya operasionalnya dapat dikatakan murah karena sinar matahari disediakan oleh alam, dapat diperoleh secara gratis.

Sumber: Jawa Pos, Oktober 1996

0 Comments:

Post a Comment

<< Home